ISI Surakarta mendukung implementasi kehadiran dosen praktisi di perguruan tinggi dan termuat pula dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Slamet Rahardjo Djarot atau lebih dikenal dengan sebutan Slamet Rahardjo adalah seorang aktor senior Indonesia. memulai kariernya dalam bidang teater dengan turut bergabung dalam Teater Populer bersama Teguh Karya di tahun 1968 dan telah memulai karir di bidang perfilman sejak tahun 1971. Pengalaman empiris dan berderetnya penghargaan dan sebagai seorang Sutradara, Aktor, Tata Musik dan Tata Artistik meneguhkannya salah satu sineas Indonesia yang patut untuk untuk menjadi sumber pembelajaran bagi mahasiswa Program studi Film dan Televisi ISI Surakarta.
Menyampaikan Kuliah Umum tentang Penyutradaraan diikuti secara luring dan daring oleh mahasiwa Program Studi Film dan Televisi FSRD ISI Surakarta yang laksanakan di Gedung Balai Ekspresi Sungging Prabangkara ISI Surakarta kampus Mojosongo (22/11/2021). Slamet Raharjo mengungkapkan bahwa menjadi filmmaker harus cerdas dan dalam membuat film haruslah jujur. Mulai dari masalah yang kamu anggap paling sederhana, yang ada disekitar kita, menjaga jarak dengan persoalan bisa membantu lebih jujur dalam menilai. Mulai dengan imajinasi, bangun struktur drama dan konsep dramaturgi, peristiwa sependek apapun dalam film harus bernilai gambaran dan isyarat dengan nilai dramatik dari bahasa visual apa yang tersurat dan tersirat. Dalam kesempatan ini Slamet Raharjo juga memberikan contoh dan tugas bagaimana membangun drama dalam waktu, ruang dan peristiwa dalam penyutradaraan, karena teater tampil didepan audien yang sudah ditentukan, stage voice menjadi penting.
Sebagai penutup Slamet raharjo menyampaikan, Pahlawan saya adalah Usmar Ismail, salah satu pelopor di kancah perfilman nasional dan internasional yang menunjukkan sumbangan terbesarnya tentang kepiawaian membuat industri perfilman di Indonesia menjadi maju. Tugas selanjutnya Mahasiswa Film dan Televisi ISI Surakarta harus menjadi anchor dalam perubahan menjadikan Film kembali menjadi tidak hanya sekedar tontonan tapi juga tuntunan dan intelektualitas. Bisa jadi aku salah telah memintarkan kalian dan suatu saat nanti bisa membunuhku. Tetapi itulah perjuangan agar terus ada generasi yang lebih baik dan terus memperjuangkan film Indonesia.