ISI Solo sukses menggelar acara Akara Cintya: Pesona Adibusana Nusantara, yang menggabungkan seminar nasional dan peragaan busana untuk melestarikan warisan budaya Indonesia. Acara ini mengangkat kebaya dan batik sebagai ikon budaya yang penuh makna seiring dengan ditetapkannya “Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi, dan Praktik” menjadi bagian dari daftar Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
Keputusan ini diumumkan dalam sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) yang berlangsung di Asunción, Paraguay, 4 Desember 2024. Kegiatan berlangsung di Pendapa Ageng GPH. Djoyokusumo, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Selasa (31/12/2024)
Acara seminar menghadirkan narasumber dari berbagai bidang, salah satunya Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M. Hum, beliau menekankan pentingnya kebanggaan terhadap warisan bangsa. “Kalau Anda mengaku orang Indonesia, harus bangga mengenakan batik,” ungkapnya dengan penuh semangat, menyoroti batik sebagai simbol identitas dan sejarah bangsa.
Sementara itu, Endah Laras menyatakan pesan mendalam tentang filosofi kebaya. “Kebaya akan selalu memberikan kehidupan. Dan kebaya akan memberikan ruang dan cinta untuk siapa saja,” ujarnya, menyampaikan bahwa kebaya sebagai busana yang universal namun tetap mengakar pada tradisi Indonesia.
Acara ini juga menampilkan peragaan busana dari desainer tamu ternama seperti Andreas Haris, Titi Meinawati, Joko Widiarto, Rory Wardana, Bela Quarta, dan Jenny Tjahyawati. Setiap desainer menghadirkan koleksi yang memadukan unsur tradisional dan modern, menonjolkan keindahan batik dan kebaya dalam berbagai gaya. Karya-karya tersebut berhasil memukau para peserta yang terdiri dari siswa, mahasiswa, dosen, pelaku seni, dan masyarakat umum dari wilayah Jawa Tengah.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir dan ikut memeriahkan Akara Cintya ✨
ISI Solo sukses menggelar acara Akara Cintya: Pesona Adibusana Nusantara, yang menggabungkan seminar nasional dan peragaan busana untuk melestarikan warisan budaya Indonesia. Acara ini mengangkat kebaya dan batik sebagai ikon budaya yang penuh makna seiring dengan ditetapkannya “Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi, dan Praktik” menjadi bagian dari daftar Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
Keputusan ini diumumkan dalam sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) yang berlangsung di Asunción, Paraguay, 4 Desember 2024. Kegiatan berlangsung di Pendapa Ageng GPH. Djoyokusumo, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Selasa (31/12/2024)
Acara seminar menghadirkan narasumber dari berbagai bidang, salah satunya Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M. Hum, beliau menekankan pentingnya kebanggaan terhadap warisan bangsa. “Kalau Anda mengaku orang Indonesia, harus bangga mengenakan batik,” ungkapnya dengan penuh semangat, menyoroti batik sebagai simbol identitas dan sejarah bangsa.
Sementara itu, Endah Laras menyatakan pesan mendalam tentang filosofi kebaya. “Kebaya akan selalu memberikan kehidupan. Dan kebaya akan memberikan ruang dan cinta untuk siapa saja,” ujarnya, menyampaikan bahwa kebaya sebagai busana yang universal namun tetap mengakar pada tradisi Indonesia.
Acara ini juga menampilkan peragaan busana dari desainer tamu ternama seperti Andreas Haris, Titi Meinawati, Joko Widiarto, Rory Wardana, Bela Quarta, dan Jenny Tjahyawati. Setiap desainer menghadirkan koleksi yang memadukan unsur tradisional dan modern, menonjolkan keindahan batik dan kebaya dalam berbagai gaya. Karya-karya tersebut berhasil memukau para peserta yang terdiri dari siswa, mahasiswa, dosen, pelaku seni, dan masyarakat umum dari wilayah Jawa Tengah.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir dan ikut memeriahkan Akara Cintya ✨








