HUMASISISOLO,- Pentas perdana tahun ini, Jurusan Tari di ISI Solo (Institut Seni Indonesia Surakarta) menampilkan tiga tarian yang sudah lama tidak dipentaskan di internal kampus. Salah satu program kegiatan dari jurusan tari yang bertajuk Pentas Triwulan ini adalah wadah bagi kreatifitas – kreatifitas jurusan tari yang di kampus. Tidak hanya untuk mahasiswa saja tetapi juga para dosen di Jurusan Tari.
Dalam pentas perdana, disajikan tiga karya Tari Watang Keprajuritan, Tari Bedhaya Kidung Gayatri dan Tari Kusuma Jipang yang dipentaskan malam ini seperti yang disampaikan Anggono Kusumo Wibowo, S.Sn., M.Sn. sebagai Ketua Program Studi tari. Pentas Triwulan di gelar di Pendopo GPH. Joyokusuma ISI Surakarta, Kamis,(21/3/2024).
Karya tari Watang Keprajuritan merupakan tari gubahan dari tari Prawiro Watang ciptaan S. Mariadi. Tari watang keprajuritan digubah oleh Sunarno Purwolelono pada tahun 1984, dan yang berperan sebagai komposer musik adalah Alm. Blacius Subono. Tari watang keprajuritan menvisualkan keterampilan seorang prajurit dalam mengolah senjata tombak atau watang. Pada pentas malam ini digarap ulang oleh Bapak Samsuri, S.Kar., M.Sn dan ditarikan oleh 7 penari yang berasal dari mahasiswa ISI Surakarta.
Karya Tari Bedhaya Kidung Gayatri merupakan sebuah karya yang berangkat dari karya sesaji gayatri pada tahun 2017. Kemudian karya tari ini dibakukan dalam bentuk Bedhaya pada perhelatan Hari Tari Dunia ke-13 tahun 2019. Makna Gayatri diambil dari sosok perempuan, cantik, anggun, berwibawa serta memiliki sikap dan kepribadian sebagai putri pemberani kuat cerdas dan penuh kasih. Karya ini disajikan dalam konsep Bedhaya yang didukung oleh 11 penari dalam satu kesatuan rasa gerak dan musik atau gendhing yang digunakan. Kesebelas penari ini terdiri dari dua dosen dan sembilan mahasiswa.
Maharani Luthvinda Dewi, S.Sn., M.Sn. salah satu dosen tari sekaligus penari Bedhaya Kidung Gayatri menyampaikan, Pada tahun 2019 tarian ini sudah pernah dipentaskan,tarian ini perdana dipentaskan kembali dengan mengusung semangat kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dalam berkarya yang menjadi upaya regenerasi penari dalam karya ini. Tari ini digarap sekitar dua bulan lamanya, dengan format penari baru atau yang berasal dari mahasiswa itu sendiri. Kemudian yang terpilih dalam tari ini merupakan yang telah siap secara kualitas. Sehingga dalam prosesnya tidak terlalu rumit.
Karya Tari Kusuma Jipang merupakan hasil interpretasi dari karya Tari Penangsang Sutawijaya susunan Didik Bambang Wahyudi yang dipentaskan perdana dalam bentuk Tari Pethilan pada tahun 2006. Karya tari ini menceritakan seorang pemimpin dengan keteguhan hati dan segala ketulusan untuk melindungi dan mengayomi rakyatnya. Dengan bulat untuk meneruskan tahta kerajaan yang telah bergeser, juga kekecewaannya untuk membalas dendam kematian Ayahanda, menjadikannya cambuk untuk berjuang sebagai ksatria. Karya tari kusuma jipang ini adalah karya TA salah satu mahasiswa S1 dulu waktu tahun 2006 dan sekarang dia sudah jadi dosen pppk di salah satu instansi. [Teks Anton Rosanto/Foto Esha Karwinarno]