Ruwah Dusun dengan platform “Paras Beswara” diselenggarakan di Desa Kembang Belor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto (27/3/2021). Kegiatan Ruwah Dusun dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan mulai pagi hingga malam hari meliputi unduh partirtan Belik Nogo dan kirab; grebek Jajan Pasar; kenduri dusun di pesarean Mbah Radiman; pelatihan sabet, mendongeng, dan macapat; serta diakhiri dengan pertunjukan wayang beber. Dukuh Paras merupakan sebuah dukuh di lereng atas Gunung Welirang dan Penanggungan di mana terdapat komunitas wayang beber “MahesaSura” binaan Jurusan Pedalangan ISI Surakarta sejak tahun 2018 hingga sekarang.
Ritual unduh patirtan di Belik Nogodihadiri oleh Wakil Bupati Mojokerto, Muhammad Al Barra (Gus Barra), Camat Pacet, Koramil dan Kapolsek Pacet, perwakilan Program Pamsimas (Kementerian PUPR), Kajur dan Kaprodi Pedalangan serta Kaprodi Teater ISI Surakarta. Ritual disajikan dalam sebuah pertunjukan wayang beber lakon “Samudra Manthana” oleh dalang Ki Haris. Kemudian, air kendi diarak dalam kirab budaya menuju Dukuh Paras. Belik Nogoa dalah sebuah situs sumber mata air di Kawasan Perhutani di lereng Gunung Penanggungan yang menjadi sumber penghidupan warga dukuh Paras. Situs tersebut dihiasi dengan hiasan ornamen bercorak Hindu Jawa yang menggambarkan kisah pengadukan samudera susu untuk mencari air suci, yang dikenal sebagai epik Samudra Manthana.
Pelatihan sabet wayang kulit dan wayang golek diberikan untuk memperkaya khasanah pewayangan bagi Mahesa Sura dan pemuda-pemudi setempat, yang diberikan oleh Jaka Rianto dan Bagong Pujiono. Sedangkan workshop mengarang dan mendongeng diberikan oleh Tatik Harpawati dan Dewi Nurnani. Dalam tiga tahun terakhir, pembinaan yang diberikan ISI Surakarta telah menghasilkan karya wayang beber monumental yaitu Babad Majapahit Gulung 1 lakon “Jayakatong Mbalela” (2019) dan Babad Majapahit Gulung 2 lakon “Adeging Majapahit” (2020). Selain itu, telah dihasilkan beberapa tembang macapat dan gending baru untuk mendukung pementasan kedua lakon wayang beber tersebut.
Sebelum pementasan wayang beber di malam hari, JakaRianto, Kaprodi Pedalangan menyerahkan tali asih berupa kelir : “Monggo Bopo hanampi katresnan kula, mangke dipunpicekaken wonten dusun mriki, mangke dipungelaraken sakwanci-wanci kawula deteng saget dipungelar, ingkang mekaten kula aturi nampi taliasih kelir punika”. Taliasih kelir diterima oleh Ketua Adat, Gus Dhori. Tali asih itu diharapkan dipakai untuk gladi (latihan) dan ekspresi bagi grup Mahesa Sura dan para senimansetempat. Selain itu, diperdengarkan tembang baru macapat Jawi Pucung Slendro Menyura dan Pangkur Slendro Sanga. Keduanya dilatihkan beberapa jam sebelumnya kepada sinden muda, mbak Cima dan Mila. Kedua tembang macapat digubah oleh Jaka Rianto yang menggambarkan tentang keelokan Dukuh Paras dan semangatnya bocah sinau budaya. (ran)



